JALAN MENUJU SURGA

Author: santri kuat
•00.57
Tanggal 12 Rabiul Awal adalah hari bersejarah yang utama bagi umat Islam di seluruh dunia, karena para hari itulah junjungan kita Nabi Muhammad SAW dilahirkanke dunia, membawa rahmat bagi seluruh alam.
Beliau dilahirkan di Makkah, kira-kira 200 meter dari Masjidil Haram pada Senin menjelang terbit fajar 12 Rabi’ul Awal tahun Gajah bertepatan dengan 20 April 571 M. Kini tempat kelahiran Nabi itu dijadikan perpustakaan “Maktabah Makkah al Mukarromah”.
Dinamakan tahun itu dengan ‘tahun Gajah’ karena tentara Abrahah dari Yaman menyerang Ka’bah dengan maksud akan meruntuhkannya. Mereka datang dengan mengendarai gajah. Akan tetapi penyerangan itu gagal, dengan dikirim Allah pasukan burung ababil dari angkasa menjatuhkan batu-batu berapi kepada mereka sehingga mereka hancur lumat seperti daun kayu yang dimakan ulat, sebagaimana firman Allah dalam al Quran surat al Fil ayat 1 – 4.
Menurut pendapat Ibnu Ishak yang mahsyur, Nabi SAW lahir 50 hari sesudah peristiwa itu. Ada pula pendapat yang menyatakan 30 hari, 40 hari dan 55 hari sesudah kejadian itu. Mengenai tanggal lahirnya pun terjadi pula perbedaan pendapat ahli-ahli sejarah. Ada yang mengatakan tanggal 2 Rabiul Awal, 8 Rabiul Awal, 17 Rabiul Awal, dan 18 Rabiul Awal. Pendapat yang mahsyur dan penduduk Makkah sependapat tanggal 12 Rabiul Awal. Adapun saat kelahiran beliau itu menurut yang mahsyur menjelang terbit fajar, saat doa dimakbulkan Allah SWT.
Mengenai silsilah keturunan Nabi Nuhammad SAW dari sebelah ayahnya adalah sebagai berikut: Muhammad bin Abdullah (lahir 545 M) bin Abdul Muthalib (lahir 497 M) bin Hasyim (lahir 464 M) bin Abdu Manaf (lahir 430 M) bin Qushai (lahir 400 M) bin Kilab bin Murah bin Ka’ab bin Lu’ay bin Ghalib bin Fihir bin Malik bin Nadhar bin Kinanah bin Khuzaimah bin Mudrikah bin Ilyas bin Mudhar bin Nizar bin Ma’ad bin Adnan. Dan seterusnya beselisih pendapat ahli sejarah sampai anak Syits dan Adam.
Dari sebelah ibunya, Muhammad bin Aminah bin Wahab bin Abdul Manaf bin Zuhrah, kepala suku Bani Zuhrah, yang mempunyai kedudukan tinggi dan terhormat di kalangan bangsa Arab. Keturunan dari sebelah ayah dan ibu bertemu pada Kilab.
Tatkala Aminah melahirkan Mauhammad SAW, Abdul Muthalib segera diberi tahu. Ia amat gembira dan berbesar hati, lalu dibawanya Muhammad ke dalam Ka’bah dan dinamainya dengan “Muhammad” yang artinya “terpuji”, suatu nama yang belum pernah dikenal orang pada masa itu.
Pada malam kelahiran Nabi Muhammad SAW, memancar sinar dari Aminah hingga ke negeri Syam (Syiria), sebagai isyarat pada suatu waktu kelak Nabi Muhammad akan berkunjung ke sana.
Nabi Muhammad SAW menurut riwayat lahir dengan meletakkan dua tangannya di lantai, dan mengangkatkan kepalanya ke langit. Beliau dalam keadaan berkhitan, sudah terpotong pusatnya, wangi dan bercelak mata dengan kodrat Allah SWT. Menurut sebagian ahli sejarah, beliau dikhitan oleh kakeknya Abdul Muthalib sesudah berusia tujuh hari dalam suatu upacara jamuan dan sekaligus menamakannya dengan ‘Muhammad’.
Serentak dengan itu, singgasana Kaisar di Madain runtuh, api sembahyang orang Majusi di Persia yang sejak 1000 tahun menyala menjadi padam.
Pertumbuhan badan beliau begitu cepat. Umur 3 bulan sudah dapat berdiri, umur 5 bulan sudah dapat berjalan, umur 9 bulan telah cukup kuat dan berbicara lancar.

Asal Mula Peringatan Maulid
Upacara memperingati hari kelahiran Nabi Muhammad SAW ini telah dilakukan orang sejak 300 tahun sesudah wafat Nabi Muhammad SAW. Dari kalangan pembesar-pembesar negara, yang mula-mula memperingatinya tercatatlah nama Malik Muzhaffar Abu Sa’id penguasa Irbil, Irak. Demikian menurut pendapat Imam as-Sakhawi.
Menurut keterangan Imam Ibnu Jauzi, pada upacara ini pujangga terkenal Hafizh Ibnu Dahiah menyusun suatu naskah yang dinamakan dengan At-Tanwir fi Maulidil Basyir an-Nazhir, yang isinya memuat riwayat singkat perjuangan Nabi Muhammad saw. Untuk ini Malik Muzhaffar Abu Sa’id memberinya 1000 dinar. Beliau terkenal seorang yang gagah perkasa, pintar dan bijaksana. Ketika wafat, beliau sedang dalam penyerangan mengepung pasukan Eropa di kota Aka, tahun 630 H.
Dalam kitab I’anatuth Thalibin, Sayyid al Bakari menyatakan bahwa Imam Ibnu Jauzi dalam kitab Mir-atuzzaman menceritakan tentang peringatan Maulid yang diadakan Malik Muzhaffar Abu Sa’id itu. Dikatakan dalam upacara itu disembelih sebanyak 5.000 ekor kambing, 10.000 ekor ayam, 100.000 roti mentega dan 30.000 piring kue-kue. Hadir pada upacara itu, pemuka-pemuka, alim ulama, ahli-ahli tasauf dan orang-orang besar lainnya. Biaya seluruhnya mencapai 300.000 dinar. Mulai saat itu hingga kini ramai umat Islam di seluruh dunia memperingati Mauild Nabi.
Tersebut dalam kitab Al Fatawa karangan al Hafizh as-Sayuthi pada bab kenduri, bahwa beliau ditanya tentang orang mengenai hukum megadakan peringatan Maulid pada bulan Rabiul Awal itu. Apaka terpuji atau tercela dan apakah orang yang mengerjakannya mendapat pahala atau tidak?
Beliau menjawab bahwa, “Pada mulanya, memperingati Maulid Nabi itu, orang berkumpul di sebuah tempat lalu dibacakan ayat-ayat Quran dan riwayat perjuangan beiau, termasuk peristiwa yang terjadi di sekitar kelahirannya. Sesudah itu dihidangkan jamuan kemudian bubar tanpa menambah acara lain. Apabila upacara peringatan Maulid itu dilaksanakan seperti itu, maka hal itu termasuk bid’ah hasanah (bid’ah yang baik), yang diberi pahala orang yang mengerjakannya, karena tujuannya untuk membesarkan Nabi dan menyatakan kebesaran hati atas kelahirannya”.
Said Ahmad Zaini Dahlan dalam kitab Sirotun Nabawiyyah antara lain menyatakan telah terbiasa bagi masyarakat ramai berdiri tegak untuk menghormati kelahiran Nabi itu adalah baik, dan cara-cara itu telah ditiru oleh cerdik cendikiawan lainnya.
Al Halabi dalam kitab As Sirah menyebutkan bahwa Imam Subki pada masanya membacakan sajak-sajak yang jiwanya memuji-muji Nabi, di hadapan majelis alim-ulama dan orang–orang terkemuka. Sajak dibacakan sambil berdiri dan hadirin pun ikut berdiri. Memperingati Maulid Nabi dengan pertemuan-pertemuan seperti itui menurutnya adalah baik.
Imam Abu Syamah lebih jauh menegaskan bahwa diantara bid’ah yang baik dilakukan pada masa kita sekarang ini, adalah pertemuan pada tanggal 12 Rabiul Awal dengan bersedekah, berbuat baik, berdandan rapi dan menghias diri, sebagai tanda kegembiraan hati atas kelahiran Nabi Muhammad SAW. Semua perbuatan itu termasuk menyantuni anak-anak yatim dan fakir miskin, merupakan lambang atau syiar pernyataan sikap kecintaan kita kepada Nabi Muhammad SAW, dan menunjukkan peghormatan kita terhadap kebesaran Nabi serta tanda syukur dan terima kasih kepada Allah SWT yang telah mengutus Nabi Muhammad SAW ke permukaan bumi untuk menjadi rahmat bagi seluruh alam.
Hasan Basri, ulama besar dan ahli tasauf terkenal pernah berkata, “Seandainya saya memiliki emas sebesar bukit Uhud, niscaya saya korbankan seluruhnya untuk keperluan peringatan Maulid Nabi”.
Junaid al Baghdadi berkata pula bahwa, “Barang siapa menghadiri peringatan Maulid Rasul dan membesarkannya, maka sesungguhnya ia telah beruntung dari segi iman”.
Sirri as Saqothi berkata, “Orang yang bermaksud akan menghadiri suatu upacara peringatan Maulid Nabi di suatu tempat, sesungguhnya ia telah bermaksud untuk mengunjungi suatu taman dari taman syurga. Sebab tiada mungkin tergerak di hatinya untuk mengunjungi tempat itu kalau tiada cinta dan kasihnya kepada Rasul. Sedangkan Nabi bersabda bahwa ‘Barang siapa yang cinta kepadaku, jadilah dia kelak bersamaku dalam surga”.
Abu Bakar Shiddiq berkata, “Barang siapa membelanjakan satu dirham pada peringatan Maulid Nabi Nuhammad SAW, maka ia menjadi teman beliau dalam surga”.
Umar bin Khattab berkata, “Barang siapa memuliakan Maulid Nabi Muhammad SAW, maka sesungguhnya ia telah menghidupkan Islam”.
Ali bin Abi Thalib berkata, “Barang siapa memuliakan Maulid Nabi Muhammad SAW, niscaya ia tidak keluar dari dunia ini melainkan dengan iman”.


AL HAMDULILLAHI ROBBIL ALAMIN